Kamis, 02 Oktober 2014

Makalah Masa Dewasa Akhir dan Kematian

Salam Blogger. Sudah cukup lama nih saya tidak update di blog ini, disebabkan oleh banyaknya tugas-tugas dan juga kegiatan-kegiatan perkuliahan di awal semester. Maklumlah, saya merupakan Maba di tahun 2014 ini. Artikel kali ini saya akan sharing tugas makalah pertama saya dari mata kuliah psikologi perkembangan tentang masa dewasa akhir dan kematian.

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial dan konkrit yang memiliki potensial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena tidak dapat hidup tanpa orang lain. Manusia juga merupakan makhluk konkrit yang potensial dan dapat mengembangkan dirinya baik secara fisik maupun secara psikis karena didalam diri manusia tersimpan kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara terus-menerus. Perkembangan kemampuan manusia pun akan menurun seiring dengan bertambahnya usia karena perkembangan manusia seperti kurva yang naik kemudian turun.
Semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik, pola pikir, daya ingat, kemampuan, dan masih banyak lagi. Dengan bertambahnya usia seseorang, ia akan mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial pada masa dewasa akhir (tua) menurun, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Selain itu, pandangan di usia tua tentang kehidupan saat ini cenderung berubah. Mereka tidak lagi memikirkan hal-hal seperti yang dipikirkan oleh masa anak-anak, remaja, bahkan dewasa. Pada tahap ini mereka akan lebih berfikir tentang hal-hal penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa sebelum datangnya kematian.
Tahap dewasa dalam psikologi perkembangan dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa dewasa awal (early adulthood), masa dewasa menengah (middle adulthood), dan masa dewasa akhir (late adulthood). Masa dewasa akhir adalah periode penutup dalam rentang kehidupan manusia. Pada makalah ini kami akan membahas lebih lanjut tentang masa dewasa akhir dan kematian.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penguraian diatas, maka terdapat masalah-masalah yang perlu dirumuskan yaitu :
1) Apa pengertian dari masa dewasa akhir?
2) Bagaimana hubungan sosial dalam perkembangan pada usia tua?
3) Bagaimana perkembangan fisik pada masa dewasa akhir?
4) Bagaimana perkembangan kognitif pada masa dewasa akhir?
5) Bagaimana perkembangan sosioemosi pada masa dewasa akhir?
6) Bagaimana masa dewasa akhir dalam menghadapi kematian?

3. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1) Mengetahui pengertian dari masa dewasa akhir.
2) Mengetahui hubungan sosial dalam perkembangan pada usia tua.
3) Mengetahui perkembangan fisik pada masa dewasa akhir.
4) Mengetahui perkembangan kognitif pada masa dewasa akhir.
5) Mengetahui perkembangan sosioemosi pada masa dewasa akhir.
6) Mengetahui masa dewasa akhir dalam menghadapi kematian.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Dewasa Akhir
Masa dewasa akhir merupakan periode penutup dimana seseorang individu telah mencapai kematangan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan berjalannya waktu. Masa ini dimulai saat seseorang mulai berusia 60 tahun ke atas. Saat seseorang mulai memasuki masa dewasa akhir, maka akan terlihat gejala penurunan fisik, psikologis, dan intelektual. Proses inilah yang disebut dengan istilah proses menua (lansia).
Berikut beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian masa dewasa akhir (masa tua) :
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995), masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Menurut Constantinides (1994), pada masa lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
Menurut Erik Erikson (1968), masa dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair, yaitu kemampuan perkembangan lansia dalam mengatasi masalah psikososialnya.
Integritas (integrity) penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan produktifitasnya yang puas. Lawannya adalah keputusasaan (despair), yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat. Beberapa cara menghadapi krisis di masa dewasa akhir adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.
Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan begitu, seseorang secara bertahap mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan inilah yang mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hal ini secara perlahan mulai mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal, yaitu kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen.
Menurut Erikson, perkembangan psikososial pada masa dewasa akhir di tandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.

1. Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan berbagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.

2. Perkembangan Generatif
Generatifitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa dewasa menengah menurut Erikson. Ketika seseorang mendekati usia masa dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.

3. Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial menurut Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, serta berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusasaan dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.
Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang yang tengah berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang lanjut usia. Usia ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak merasa berdaya. Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari keterlibatan sosial:
Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari peran dan aktifitas selama ini;
Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan;
Orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya; dan
Pada saat kematian semakin mendekat, orang seperti ingin membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.


B. Perkembangan Fisik Pada Masa Dewasa Akhir
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode-periode usia sebelumnya. Kita akan mencatat rentetan perubahan-perubahan dalam penurunan fisik yang terkait dengan penuaan dan penekanan pentingnya perkembangan-perkembangan baru. Berikut ini adalah beberapa penurunan dan hilangnya fungsi tubuh dalam hal fisiologis perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut yang kadangkala dapat diperbaiki.
Otak dan Sistem Saraf
Saat kita tua, kita kehilangan sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf. Beberapa peneliti memperkirakan kehilangan neuron mungkin sampai 50% selama tahun-tahun dewasa. Walaupun penelitian lain percaya bahwa kehilangan itu lebih sedikit dan penyelidikan yang tepat terhadap penelitian hilangnya neuron belum dibuat di dalam otak.
Barangkali penyelidikan yang lebih masuk akal adalah bahwa 5-10% dari neuron kita akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan lebih cepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan adalah bahwa neuron-neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian, otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya dan hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.
Perkembangan Sensori
Perubahan sensori fisik pada masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa dewasa akhir, penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang-orang lanjut usia membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap. Penurunan penglihatan ini biasanya dari pengurangan kualitas dan intensitas cahaya yang mencapai retina. Di puncak usia tua, perubahan ini mungkin disertai oleh perubahan-perubahan kemunduran dalam retina yang menyebabkan beberapa kesulitan dalam penglihatan.
Meskipun pendengaran dapat dimulai pada masa dewasa tengah, hal itu biasanya tidak banyak membawa kesulitan sampai masa dewasa akhir. Pada saat itu, banyak sekali alat bantu pendengaran yang bisa dipakai untuk bantuan pendengaran. Tuli biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput telinga, saraf penerima-penerima suara didalam telinga. Selain berkurangnya penglihatan dan pendengaran,orang pada masa dewasa akhir juga mengalami penurunan dalam kepekaan rasa dan bau. Kepekaan terhadap rasa pahit dan asam bertahan lebih lama dibandingkan dengan rasa manis dan asin.
Sitem Peredaran Darah
Tidak lama berselang, terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun juga, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangkan usia pada masa dewasa. Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat, bukan menurun.
Sistem Pernafasan
Kapasitas akan menurun pada usia 20-80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paru-paru kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa akhir dapat memperbaiki fungsi paru-paru dengan latihan-latihan yang memperkuat diafragma.
Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, lebih banyak terjadi pada laki laki daripada perempuan. Orgasme menjadi lebih jarang pada laki laki yang terjadi dalam setiap 2-3 kali hubungan seksual, bukan setiap kali. Rangsangan yang lebih langsung biasanya dibutuhkan untuk ereksi. Sekalipun hubungan seksual terganggu oleh kelemahan, relasi lainnya harus dipertahankan diantara kedekatan sensualitas dan nilai sebagai seorang pria maupun wanita.
C. Perkembangan Kognitif Pada Masa Dewasa Akhir
Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah kemampuan kognitif orang dewasa seperti memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar, paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori, dan intelegensi mengalami pemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Selain itu, orang-orang dewasa lanjut usia juga kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara perlahan-lahan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah, mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut usia melakukan aktifitas-aktifitas yang abstrak dan sederhana.
Ada tiga komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara lain sebagai berikut.
Pendidikan
Fasilitas pendidikan semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan informasi atau ingatan (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993). Dinegara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
1. Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya;
2. Ingin mempelajari perubahan sosial dan teknologi yang dirasakan memengaruhi kehidupannya;
3. Ingin menemukan pengetahuan dan mempelajari keterampilan-keterampilan yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya;
4. Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.
Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi, biasanya orang-orang dewasa lanjut usia dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut usia yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Kesehatan
Dari hasil penelitian, kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya daya guna individu berusia di atas 60 tahun pada tes WAIS (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi, beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut usia sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada faktor usia semata.
Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada subyek pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga.
Penelitian berikutnya, (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut usia. Yang harus diperhatikan dalam aktifitas berolahraga pada masa dewasa akhir adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani harus disesuaikan dengan usia subyek, dalam arti kondisi fisik individu tersebut.
D. Perkembangan Sosioemosi Pada Masa Dewasa Akhir
Pada masa lalu, diduga kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah ditunjukan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir, mempelajari bahan baru, menghafal, mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi intelektual. Pada pihak lain, beberapa kondisi patologis seperti tekanan darah tinggi, mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun menurut Wilkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal (Hurlock, 1980).
Teori-teori sosial mengenai penuaan menurut Santrock (2012) yang menonjol, yaitu:
1. Teori Pemisahan (disangagement theory)
Teori pemisahan menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry (2002) dalam Santrock).Menurut teori ini, orang-orang dewasa lanjut atau lebih dikenal dengan masa lansia mengembangkan suatu kesibukan terhadap dirinya sendiri (self-preoccupation), mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Jadi, penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap dirinya sendiri dianggap mampu meningkatkan kepuasan hidup di kalangan orang-orang dewasa lanjut usia, rendahnya semangat juang akan mengiringi aktifitas yang tinggi, dan pemisahan tidak dapat dihindari bahkan dicari-cari oleh orang usia lanjut. Akan tetapi, serangkaian penelitian gagal mendukung penelitian ini (Maddox, 1968; Neugarten,Havighurst,& Tobin, 1968; Reichard, Levson,& Peterson, 1962). Ketika individu terus hidup secara aktif, energik, dan produktif sebagai orang dewasa lanjut usia, kepuasan hidup mereka tidak menurun dan sering kali tetap meningkat.
2. Teori Aktifitas (activity theory)
Teori aktifitas menyatakan bahwa semakin orang-orang dewasa lanjut usia aktif dan terlibat dalam sesuatu, semakin kecil kemungkinan mereka merasa menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Menurut teori ini, individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya disepanjang masa dewasa akhir. Jika peran-peran itu diambil dari mereka seperti dalam PHK, penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktifitas-aktifitas kemasyarakatan.
3. Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial (social breakdwown-reconstruction theory)
Teori rekonstruksi gangguan sosial menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut usia yang tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi dengan mengubah pandangan dunia sosial dari orang-orang pada masa dewasa akhir dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Gangguan sosial dimulai dengan pandangan dunia sosial yang negatif dan diakhiri dengan identifikasi, serta pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu.
Seberapa besar penurunan kemampuan mental pada masa dewasa akhir? Ada yang penting untuk diketahui bahwa menurunnya kemampuan mental yang berhubungan dengan usia lanjut mungkin tidak sepopuler yang diduga orang atau seperti yang dilaporkan oleh hasil studi terdahulu. Dalam beberapa hal, untuk penurunan mental yang kelihatan, ternyata menyertai pertambahan usia.
Sebagai tambahan,selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menekankan pada elemen waktu dianggap tidak sesuai bagi orang dewasa lanjut usia. Karena adanya bukti-bukti yang saling bertentangan dengan dewasa ini tentang menurunnya kemampuan mental. Perubahan mental pada orang dewasa lanjut usia adalah sebagai berikut.
Belajar
Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya kurang tepat dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Kreatifitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi orang dewasa lanjut usia cenderung berkurang. Dengan demikian, prestasi kreatifitas dalam menciptakan hal-hal penting dalam orang-orang berusia lanjut secara umum relatif berkurang dibandingkan dengan mereka yang lebih muda.
Berpikir dan Memberi Argumen
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif maupun deduktif. Sebagian dari hal ini merupakan hasil dari sikap yang terlalu hati-hati dalam mengungkapkan alasan yang gradasinya cenderung meningkat dengan bertambahnya usia seseorang.
Rasa Humor
Pada umumnya, mereka kehilangan rasa humor. Pendapat ini benar karena dalam kemampuan mereka untuk membaca komik dan hal-hal lain yang menyenangkan berkurang, dan perhatian terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan bertambahnya usia.
Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat. Semakin senang seseorang dalam menjalani masa dewasa akhir, semakin kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya.
Ingatan
Orang dewasa lanjut usia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal-hal baru yang baru dipelajari. Sebagian dari ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak selalu termotivasi dengan kuat untuk mengingat-ingat sesuatu, sebagian disebabkan oleh kurangnya perhatian, dan juga pendengaran yang kurang jelas.
Mengingat Kembali
Banyak dipengaruhi oleh faktor usia dibandingkan dengan pemahaman terhadap obyek yang ingin diungkapkan kembali. Banyak orang berusia lanjut yang menggunakan tanda-tanda, terutama simbol visual, suara, dan gerak (kinestetik) untuk membantu mereka untuk mengingat kembali.
Kekerasan Mental
Kekerasan mental sangat tidak universal bagi orang dewasa lanjut usia. Orang yang pada masa dewasa akhir cenderung semakin tampak terjadi kekerasan mental seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut, mereka sudah lambat dan susah untuk belajar daripada yang sudah dikerjakan sebelumnya.
Tidak ada usia tertentu yang dianggap sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan tidak ada pola khusus dalam penurunan mental yang berlaku untuk semua orang. Ketika orang-orang dewasa lanjut mengikuti pencarian stimulasi mental yang tepat, dan memiliki relasi dan dukungan sosial yang baik, maka perkembangan masa dewasa akhir mereka akan berhasil. Penuaan yang berhasil membutuhkan usaha dan keterampilan pemecahan masalah terjadi.
E. Pengertian Kematian
Mati atau kematian berasal dari bahasa arab. Mati biasa juga disebut meninggal dunia, yang berarti tidak bernyawa, atau terpisahnya roh dari zat, psikis dari fisik, jiwa dari badan, atau yang ghaib dari yang nyata. Seseorang yang sudah mati disebut mayat/ jenazah.
Pada hakekatnya maut atau mati adalah akhir dari kehidupan dan sekaligus awal kehidupan (baru). Jadi maut bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu dunia ke dunia lain, dari suatu keadaan kepada keadaan lain, tempat kehidupan manusia akan berlanjut. Dalam al-Quran surah Yunus ayat 49, menyatakan tentang kematian yang sudah pasti adanya.
“... Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan-Nya.” (Q.S. Yunus: 49)
Seseorang yang dikatakan mati apabila mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
1. Fungsi spontan pernapasan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,
2. Bila terbukti telah terjadi kematian batang otak.
Dalam Peraturan Perundang-undangan (PP) No. 18 tahun 1981 mengatakan bahwa pengertian meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan, dan atau denyut jantung telah berhenti.
a. Penyebab Kematian dan Harapan Mengenai Kematian
Walaupun kita sering berfikir mengenai kematian yang terjadi di usia tua, namun kematian ternyata dapat terjadi disegala fase dalam siklus kehidupan manusia. Kematian dapat terjadi selama perkembangan prenatal melalui keguguran, ataupun lahir dalam keadaan mati. Memang kematian pada beberapa orang terlihat lebih tragis dibandingkan orang lain. Kematian orang tua yg berusia 90 tahun dianggap alamiah, karena ia telah hidup begitu lama, sementara kematian seorang bayi dianggap begitu tragis karena hidupnya berakhir sebelum dimulai.
Di masa kanak-kanak, kematian paling sering terjadi karena kecelakaan. Baik disebabkan oleh kecelakaan mobil, tenggelam, keracunan, atau jatuh dari tempat yang tinggi.  Penyakit utama yang menyebabkan kematian pada anak-anak adalah sakit jantung, kanker, dan cacat lahir. Bagi anak-anak yang menderita penyakit yang tak tertolong lagi, orang tua akan tetap mendampingi mereka sampai kehidupannya yang terakhir. (Wass & Stillion, 1988). Dibandingkan dengan masa kanak-kanak, kematian di masa remaja lebih banyak dikarenakan bunuh diri, kecelakaan sepeda motor, dan pembunuhan. Banyak kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkan kematian dimasa remaja berkaitan dengan alkohol.
Orang dewasa lebih sering mati karena penyakit kronis, seperti sakit jantung dan kanker, sedangkan mereka yang berusia dewasa muda lebih sering mati karena kecelakaan. Penyakit yang diderita orang dewasa sering kali melumpuhkan dan mereka kebanyakan berada dalam keadaan sekarat dimana secara lambat laun keadaan tersebut menuju kearah kematian. Banyak juga mereka yang berusia dewasa lebih tua (Kalish, 1987). Orang dewasa yang lebih muda sering merasa tidak diberi kesempatan untuk melakukan apa yang mereka inginkan dalam hidup. Mereka merasa kehilangan apa yang seharusnya mereka capai, sedangkan sebaliknya orang dewasa lanjut merasa mereka kehilangan apa yang telah mereka miliki (Cavanaugh, 1990).
b. Sikap terhadap Kematian pada Beberapa Fase yang Berbeda dalam Masa Kehidupan
Usia kanak-kanak dan dewasa mempengaruhi pengalaman dan pemikiran mereka tentang kematian. Seorang dewasa yang telah matang, akan berfikir dan memahami bahwa kematian merupakan akhir kehidupan dan hal itu tidak dapat diubah lagi, dimana kematian menggambarkan akhir kehidupan dan segala yang hidup akan mati (Speece & Brent, 1989). Banyak penelitian menemukan bahwa seiring dengan perkembangan manusia, mereka mengembangkan pendekatan tentang kematian yang lebih matang (Wass & Stillion, 1988).
1) Masa Kanak-Kanak
Kebanyakan peneliti percaya bahwa bayi tidak memiliki konsep dasar tentang kematian. Namun, karena bayi mengembangkan keterkaitan dengan pengasuhnya, mereka dapat mengalami perasaan kehilangan atau pemisahan serta kecemasan yang menyertainya. Tapi anak-anak tidak memahami waktu sebagaimana orang dewasa. Bahkan perpisahan yang singkat mungkin dialami sebagai pepisahan total. Bagi kebanyakan bayi, kedatangan pengasuh kembali akan memberikan suatu kontinuitas eksistensi dan hal ini akan mereduksi kecemasan. Kita sangat sedikit mengetahui pengalaman aktual bayi tentang kehialangan walaupun kehilangan orang tua, terutama jika pengasuh tidak digantikan, yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan bayi.
Anak usia 3-5 tahun memiliki sedikit ide bahkan tidak sama sekali mengenai apa yang dimaksud dengan kematian. Mereka sering kali bingung antara mati dengan tidur, dan bertanya dengan keheranan, “Mengapa ini tidak bergerak?” Diusia prasekolah, anak-anak jarang kaget dengan pemandangan seekor binatang yang mati atau dari cerita bahwa seseorang telah mati. Mereka percaya bahwa orang yang mati dapat menjadi hidup kembali secara spontan karena adanya hal yang magis atau dengan memberi mereka makan atau perawatan medis (Lonetto, 1980). Anak-anak sering kali percaya bahwa hanya orang-orang yang ingin mati, atau mereka yang jahat atau yang kurang hati-hati, yang benar-benar mati. Mereka mungkin juga menyalahkan diri mereka kenal baik, mengungkapkan alasan yang tidak logis bahwa peristiwa itu mungkin terjadi karena tidak patuh terhadap orang yang mati.
Kadang-kadang dimasa kanak-kanak tengah dan akhir, konsep yang tidak logis mengenai kematian yang lambat laun berkembang hingga diperoleh suatu persepsi kematian yang lebih realistis. Dalam satu penelitian awal mengenai persepsi kematian seorang anak, usia 3-5 tahun menolak adanya kematian. Anak usia 6-9 tahun percaya bahwa kematian itu ada, tetapi hanya dialami oleh beberapa orang. Dan anak usia 9 tahun keatas akhirnya mengenali kematian dan universalitasnya (Nagy, 1948).
Kebanyakan ahli psikologi percaya bahwa kejujuran merupakan strategi terbaik dalam mendiskusikan kematian dengan anak-anak. Mempermalukan konsep sebagai hal yang tidak pantas disebutkan merupakan strategi yang tidak sesuai, walau kebanyakan dari kita masih tumbuh dalam suatu masyarakat dimana kematian sangat jarang didiskusikan. Dalam suatu penelitian, peneliti berusaha menilai sikap 30.000 orang usia dewasa muda terhadap kematian (Shneidman, 1973). Hasilnya, lebih dari 30% berkata bahwa mereka tidak dapat mengingat kembali diskusi mengenai kematian selama mereka kanak-kanak; dengan jumlah yang sama, yang lain mengatakan bahwa, meskipun kematian didiskusikan, namun diskusinya berlangsung dalam suasana yang tidak nyaman. Hampir setiap 1 dari 2 responden berkata bahwa kematian kakek/neneknya merupakan kematian pertama kali mereka hadapi.
2) Masa Remaja
Dimasa remaja, pandangan terhadap kematian, seperti juga pandangan terhadap penuaan dianggap sebagai suatu hal yang begitu jauh dan tidak memiliki banyak relavasi. Subjek kematian barang kali dihindari, ditutupi, diolok-olok, dinetralisir, dan dikontrol, dengan orientasi sebagai penonton (spektatorlike orientation). Perspektif ini merupakan tipe pemahaman kesadaran diri pada masa remaja. Bagaimanapun, beberapa remaja menunjukkan perhatiaannya kepada kematian, mencoba untuk memahami maksud dari kematian, dan menghadapi saat kematian mereka.
Remaja mengembangkan konsep tentang kematian secara lebih abstrak dibanding anak-anak. Sebagai contoh, para remaja menggambarkan kematian dengan istilah kegelapan, cahaya terang, transisi, atau ketiadaan sama sekali (Wenestam & Wass, 1987). Mereka juga mengembangkan pandangan filosof religious mengenai hakikat kematian dan kehidupan sesuadah mati.
3) Masa Dewasa
Tidak ada bukti yang menunjukkan di masa dewasa awal dikembangkan suatu pemahaman  atau orientasi khusus mengenai kematian. Peningkatan kesadaran mengenai kematian muncul sejalan saat mereka beranjak tua, yang biasanya meningkat pada masa dewasa tengah. Dalam diskusi kita mengenai masa dewasa tengah, kita mengindikasikan bahwa usi paruh baya merupakan saat dimana orang dewasa mulai berfikir lebih jauh mengenai berapa banyak waktu yang tersisa dalam hidup mereka. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang berusia dewasa tengah sebenarnya lebih takut menghadapi kematian dibandingkan mereka yang berusia dewasa awal maupun dewasa akhir (Kalish & Reynolds, 1976). Orang-orang di usia dewasa akhir lebih banyak berfikir mengenai kematian dan mereka lebih banyak membicarakan tentang kematian dengan orang lain dibandingkan usia dewasa tengah maupun dewasa muda. Mereka juga mengalami kematian secara lebih langsung seiring dengan sakit dan meninggalnya teman-teman dan keluarga mereka. Di usia dewasa akhir ini, orang dewasa lanjut didorong untuk lebih sering menguji arti kehidupan dan kematian dibandingkan orang dewasa muda.
Di usia tua, kematian seseorang lebih wajar dibicarakan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pemikiran dan pembicaraan mengenai kematian meningkat, perkembangan integritas pun meningkat melalui peninjauan hidup yang positif dan hal ini mungkin dapat membantu mereka untuk menerima kematian. Di usia dewasa akhir urusan yang belum selesai lebih sedikit dibandingkan ketika di usia dewasa muda. Mereka biasanya tidak lagi memiliki anak yang perlu dibimbing hingga matang, pasangan hidup mereka biasanya mati lebih dahulu, dan cenderung tidak memiliki kerja yang berhubungan dengan proyek yang menginginkan kesempurnaan. Kurangnya antisipasi terhadap kematian barangkali akan menyebabkan rendahnya rasa sakit yang ditimbulkan secara emosional pada diri mereka. Bahkan diantara orang dewasa akhir, sikap terhadap kematian terkadang bersifat individualistis sama seperti mereka yang memegang prinsip tersebut.  Seorang wanita 82 tahun mengumumkan bahwa ia telah menjalani hidupnya dan saat ini siap menyongsong kematian. Wanita 82 tahun lainnya, mengumumkan bahwa kematian akan menjadi suatu interupsi yang menyedihkan karena ia akan kehilangan partisipasinya dalam aktifitas dan hubungan sosial.
Pada poin ini kita telah mendiskusikan sejumlah ide mengenai batasan kematian, kematian dan sosiohistoris, konteks budaya, dan perspektif perkembangan mengenai kematian.
c. Fase Menjelang Kematian dan Kematian Menurut Para Ahli
Menurut Elisabeth Kubler-Ross mengusulkan 5 fase yang datang untuk berdamai dengan kamatian, yaitu : penyangkalan, marah, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Namun, tahap ini rangkaiannya tidak universal. (1) Penyangkalan merupakan fase pertama yang diusulkan Kubler-Ross dimana orang-orang menolak bahwa kematian benar-benar ada. Namun, penolakan merupakan pertahanan diri yang bersifat sementara dan kemudian akan digantikan dengan rasa penerimaan yang meningkat saat seseorang dihadapkan pada beberapa hal seperti pertimbangan keuangan, urusan yang belum selesai, dan kekhawatiran mengenai kehidupan anggota keluarga yang lainnya nanti.
(2) Marah merupakan fase kedua dimana orang yang menjelang kematian menyadari bahwa penolakan tidak dapat lagi dipertahankan. Penolakan sering memunculkan rasa marah, benci, dan iri. Pada fase ini biasanya amarahnya seringkali salah sasaran dan diproyeksikan kepada orang lain dan juga Tuhan.
(3) Tawar-menawar merupakan fase ketiga menjelang kematian dimana seseorang mengembangkan harapan bahwa kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur. Beberapa orang membuka tawar-menawar atau negosiasi-seringkali dengan Tuhan-sambil mencoba untuk menunda kematian.
(4) Depresi merupakan fase keempat menjelang kematian dimana orang yang sekarat akhirnya menerima kematian. Pada titik ini, suatu periode depresi atau persiapan berduka mungkin muncul. Orang yang akan menjelang kematiannya akan menjadi pendiam, menolak pengunjung, serta menghabiskan banyak waktunya untuk menangis dan berduka. Perilaku ini normal pada situasi tersebut dan sebenarnya merupakan usaha nyata untuk melepaskan diri dari seluruh objek yang disayangi. Menurut Kubler-Ross, usaha untuk membahagiakan orang yang menjelang kematiannya pada fase ini justru menjadi penghalang karena orang tersebut perlu untuk merenungkan ancaman kematian.
(5) Penerimaan merupakan fase kelima menjelang kematian, dimana seseorang mengembangkan rasa damai, menerima takdir, dan dalam beberapa hal, ingin ditinggal sendiri. Pada fase ini perasaan dan rasa sakit pada fisik mungkin hilang. Kubler-Ross menggambarkan fase kelima ini sebagai akhir perjuangan menjelang kematian.
Kematian akan membawa duka cita (grive) yang berarti kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan terpisah, putus asa, sedih dan kesepian yang menyertai disaat kita kehilangan seseorang yang kita cintai. Biasanya kehilangan yang paling sulit adalah kematian pasangan hidup. Menurut pandangan Averill (1968), menyebutkan bahwa kita akan melewati 3 fase duka cita setelah kita kehilangan seseorang yang kita cintai, yaitu terkejut, putus asa, dan pulih kembali. Sedangkan menurut Parkes (1972), menyebutkan bahwa ada 4 fase yang akan kita lalui, yaitu kelumpuhan, rindu, depresi, dan pulih kembali (Parkes,1972).

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain adalah dalam bentuk bimbingan serta pengarahan. Ketika manusia menginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari makna hidupnya. Dengan kata lain, manusia dewasa sudah mulai memilih nilai-nilai atau norma yang telah dianggap mereka baik untuk dirinya serta mereka berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai atau norma-norma yang telah dipilihnya tersebut.
Seseorang akan berkembang ke arah tahap kedelapan dalam teorinya dari perkembangan menurut Erikson yang berlangsung di masa dewasa akhir atau fase terakhir, yaitu integritas versus keputusasaan (integrity versus despair). Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 tahun ke atas). Permasalahan dari diri sendiri dengan perubahan perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosi adalah tanda penuaan yang cukup menyita perhatian. Saat individu memasuki dewasa akhir akan mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis, perkembangan intelektual dalam lambatnya gerak motorik, dan pencarian makna hidup selanjutnya.
Beberapa cara menghadapi krisis di masa dewasa akhir adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik. Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.
Kematian biasanya terjadi di usia dewasa akhir, namun dapat juga terjadi pada pase perkembangan manapun. Kematian beberapa orang, khususnya anak-anak dan dewasa sering dianggap lebih tragis daripada kematian pada orang yang lanjut usia. Pada anak-anak dan dewasa muda kematian banyak disebabkan karena kecelakaan, sedang orang dewasa lanjut banyak disebabkan oleh penyakit kronis.
Duka cita merupakan kelumpuhan secara emosional, tidak percaya perpisahan, cemas, putus asa, sedih, dan kesepian yang muncul saat kita akan melalui tiga fase duka cita, yaitu terkejut, putus asa, dan pulih kembali. Sedang empat fase duka cita yaitu kelumpuhan, rindu, depresi, dan pulih kembali. Biasanya kehilangan yang paling sulit adalah kematian pasangan hidup. Kematian pasangan dikaitkan dengan depresi.

DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2012. Life-Span Development: Perkembangan Masa-Hidup Edisi 13 Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Dacey, John S. dan Travers, John F. 2004. Human Development. North America: McGraw-Hill
Monks, F. J dkk. 2001. Psikologi Perkembangan. Yogjakarta: Gajah Mada University Press
Papalia, Diane E., & Feldman, Ruth Duskin. 2014. Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika
http://www.referensimakalah.com/2013/01/pengertian-mati-atau-maut.html
https://www.facebook.com/permalink.php?id=303029863047553&story_fbid=440329492719174

Cukup sekian artikel saya kali ini tentang makalah psikologi perkembangan pada masa dewasa akhir dan kematian. Semoga dapat bermanfaat buat kalian semua. Oh yah, selalu saya akan katakan bahwa pengunjung yang baik adalah pengunjung yang selalu meninggalkan jejaknya pada komentar walau hanya ucapan terima kasih. Salam Blogger

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: